Wednesday, 11 February 2015

Sacrifice of Love


Pagi ini hari pertama Senandung masuk sekolah setelah libur kenaikan kelas. Seperti biasa sahabatnya Fira selalu menghampirinya untuk berangkat ke SMAN Bina Bangsa. Sekarang mereka sudah naik ke kelas 11. Saat Fira datang “Senandung.. kelas kita diacak!” kata Fira dengan nada khawatir kepada Senandung yang sedang memakai sepatu.
“Hah..? diacak!!? Yang bener kamu!?”
“Iya, beneran!?”
“Trus kita sekelas nggak?!”
“Sekarang kita sekelas”
“Trus dia sekelas sama kita nggak?”
“Iya.. sekelas”
Senandung hanya tediam dengan muka yang agak gelisah. Fira dan Senandung adalah sepasang sahabat tapi beda kelas mereka adalah anak kelas imercy (kelas unggulan). Lalu batin Senandung hanya mengeluh “Oh.. dear kenapa harus satu kelas?”
“Fira, sebenernya aku udah denger desas desusnya kalau waktu kelas 11 ini kelas kita bakal diacak..”
“Trus kamu gimana?”
“Gimana apanya?”
“Ya itu..”
“Oh.. itu, ya.. aku harus bisa membaur lah.. kan satu kelas,” Dengan muka tersenyum tidak bahagia.
“Ya udah berangkat yuk..”
Lalu Senandung segera beranjak dari posisi duduknya dan pamit dengan orangtuanya lalu berangkat.

Sampai di sekolah. Dan bel 3 kali berbunyi menandakan masuk kelas.
Sekarang memang Senandung masih di kelas A, tapi ada bagian baru dan bagian yang hilang dari kelasnya. Teman teman Senandung di kelas 11 ini memang lebih asik dibanding saat dulu ia kelas 10. Pada awalnya ia sangat malu untuk berbicara dengan Aldo, dan teman teman dari lain kelas yang lainnya.

Seiring berjalannya waktu, telah berlalu selama 2 bulan
Senandung sudah merasakan rasa ini sejak kelas 10, rasa itu selalu muncul saat menatap mata Aldo. Tapi Aldo adalah laki-laki yang ramah kepada semua orang sekalipun orang itu sangat dibencinya. Dan Senandung sering melihat pemandangan yang membuat hatinya merasa sebal saat Vio bercanda dengan Aldo. Vio terlihat sangat agresif terhadap Aldo. Dan parahnya Aldo sepertinya merespon sikap-sikap Vio. Tapi Vio termasuk teman dekatnya di kelas. dan Senandung selalu mencoba untuk melupakan Aldo tapi sangat susah.

Saat pulang sekolah
Ada yang memanggil Senandung dari belakang “Senandung..!” Ooh.. dear suara itu selalu membuat jantungnya berdebar kencang saat sendirian. Senandung langsung menengok ke arah suara itu, benar saja itu memang suara Aldo. Aldo menyusul Senandung yang sedang berjalan ke arah gerbang yang sepi. Ya.. mereka pulang lebih sore karena kebetulan jadwal piket mereka di hari yang sama. “eh.. do, ada apa?” jawab Senandung dengan nada yang berusaha datar.
“Pulang bareng yuk, rumah kita kan searah?” Deg.. pertanyaan itu membuat jantung senandung terasa sangat berat.
“Mmhh.. kan searahnya, Cuma sampe perempatan depan situ! Gak usah lah aku nunggu angkot aja.”
“Jam segini udah susah nyari angkot, kamu kemaren nunggu sampe 2 jam kan!”
“Iya sih, tapi gak susah juga kok”
“Beneran? Ya udah deh kalau kamu gak mau, ak pulang dulu ya.. “
“Ya..”
Sambil melihat Aldo dari kejauhan, di dalam hati Senandung menyimpan sedikit penysalan dan rasa senang, karena Aldo juga memperhatikan Senandung.

Esok harinya di sekolah
Aldo sama sekali tidak mengungkit hal itu, dan Senandung pun juga. Hari itu, tidak tau kenapa Senandung merasa badannya terasa agak lemas. Dan saat pelajaran sepanjang hari Senandung merasa pusing. Lalu saat pulang sekolah, dia pulang dibonceng Fira.

Dan esok harinya Senandung tidak masuk sekolah selama satu hari itu saja karena ia sakit. Saat di sekolah mama Senandunglah yang menyampaikan surat izin Senandung. Lalu setelah Senandung kembali ke sekolah esok harinya, ia disapa oleh Aldo yang sedang berdiri sendiri di depan pitu kelas.
“Hey.. Senandung!”
“Eh.. apa?”
“Kami kenapa kemarin gak masuk”
“Oh.. sakit biasa, Cuma kecapekan”
“Oo.. ya sukur deh hari ini bisa masuk”
“Ya.. makasih” dengan senyum khasnya.
Senandung hanya menganggap perhatian kecil Aldo hal yang remeh.

Hingga pada satu hari
Pada hari itu hari mendekati hari penerimaan rapor kenaikan kelas, Senandung mendengar kabar bahwa Vio sudah berpacaran dengan Aldo. Ketika mendengar kabar itu seperti terasa meleleh hati Senandung. Tapi Senandung berusaha menutupi kesedihannya dengan terlihat tegar, dia memendam kesedihannya, karena dia memang orang yang cukup tertutup.
Saat pulang sekolah, Senandung pulang bersama Fira.

“Senandung, kamu yang sabar ya”
“Kenapa sabar?” dengan mata sedikit berkaca
“Lhoh kamu tau kan tentang..”
“Iya, aku tau..” matanya semakin berkaca
“Kamu gak usah nutup-nutupin kalau kamu memang sedih! Kamu jangan bohongin perasaanmu!”
“Fira, kalau aku gak berusaha bohongin perasaanku kelas kita bisa bubar” Senandung menitikan air matanya
“Enggak gitu juga donk!”
“Iya, aku memang masih nyimpen perasaan, tapi dia aja udah punya pacar sekarang, dan dia enggak pernah ngelihat aku, dan seberapa besar perasaanku” tangis Senandung semakin menjadi
“Hhmm.. kamu yang sabar ya mungkin dia bukan yang terbaik buat kamu..”
“Iya, makasih Fira”

Saat akhir semester 1 kelas 12, Saat hari ulang tahun Aldo
Pagi hari itu Aldo membuka ponselnya, tertera nama Si Cantik, mengirim pesan pada pukul 12.00, pesannya berisi “Happy birthday Aldo, wish you all the best ya..” dan Aldo membalas “Thank’s ya Senandung” dijawab “Ya sama-sama.” Pagi itu Aldo menunggu SMS Vio, tapi tak kunjung masuk ke ponsel Aldo.

Saat di sekolah
Semua mengucapkan selamat kepada Aldo, tapi saat Vio “Selamat ulang tahun ya.. maaf tadi pagi aku lupa.” dengan nada agak ketus Aldo menjawab “Yaa..” Vio tak menyadari jika pagi itu Aldo merasa sebal dengan Vio yang melupakan hari ulang tahunnya. Memang, itu memang hal yang cukup sepele, tapi perhatian itu berarti besar. Dan Aldo bertanya-tanya, kenapa yang mengucapkan selamat ulang tahun padanya Senandung, dan bukan malah pacarnya.

Satu hari, saat Senandung sedang duduk santai sendirian waktu istirahat di depan kelas lalu Nina duduk di samping kiri Senandung. Dan tiba tiba Aldo datang dan duduk di samping kanan Senandung, mereka bercanda biasa, lalu datang Fira, Rafi, Cantika, Firman, dan Andika. Mereka makin asik saja bercandanya. Sampai tiba tiba Vio datang dan langsung menarik tangan Senandung, “kamu ngapain dekat dekat sama Aldo?” Vio bertanya dengan Nada meninggi.
“Aku nggak ngapa-ngapain kok, Cuma becanda bareng bareng aja, biasa,” Jawab Senandung dengan halus
“Yang bener?!”
“Iya, menurutmu memang aku ngapain?”
“Kamu pasti mau jadi selingkuhannya Aldo”
“Kamu, kok nuduh aku gitu sih?”
“Aku bukan nuuduh tapi ini fakta! Atau apa selama ini kamu suka ya sama Aldo!”
“Enggak Vio, kamu jangan nuduh gitu dong..!”
Tiba tiba Aldo datang dan menyela pembicaraan..
“Vio! Kamu kenapa sih nuduh Senandung gitu?”
“Aku bukannya nuduh tapi mau ngungkap fakta”
“Tapi kamu itu udah fitnah Vi, aku denger kok apa yang kamu bilang ke Senandung tadi..”
“Trus apa kamu mau komentar apa?”
“Halah Vi, kamu mikirnya yang dewasa dong! Trus bisa-bisanya ya kamu nuduh sahabat kamu kaya gitu Vi?”
“Sahabat!? Kamu bilang aku sahabatan sama Senandung? Yang bener aja?”
“Oh, jadi selama ini kamu sok-sok’an bilang sahabat di depanku itu Cuma bohongan?!” Senandung menyambung dengan nada agak tinggi.
“Kalau iya, kenapa?”
“Kamu tega ya Vi, ternyata kamu itu munafik Vi, gak seperti yang kubayangin. Ternyata selama ini kita pacaran, aku itu belum bener-bener kenal kamu!” sambung Aldo lagi.
“Vi, kamu munafik ya.. sebenernya dari dulu aku udah tau kamu itu bukan bener bener temen yang baik.. dan sekarang udah bener bener kelihatan Vi..”

Bel masuk berbunyi, perdebatan mereka terhenti. Saat pelajaran suasana pelajaran di kelas terasa tidak nyaman untuk mereka bertiga.
Saat pulang sekolah Aldo mengajak Vio bicara berdua, tapi mereka tidak hanya berdua saja, saat itu Aldo mengajak Senandung juga. Vio tentu saja langsung menolak tapi keinginan Aldo sangat keras, jadi Vio tidak bisa membantah.

Perbincangan mereka bertiga dimulai, Vio yang memulainya..
“Kamu mau apa lagi sih Do? Kamu kenapa gak minta maaf ke aku?”
“Minta maaf?!” Aldo menjawab dengan mata melotot
“Iya, kamu masa’ gak ngerasa sih?”
“Minta maaf apanya coba?! Setelah aku udah tau belangnya kamu, trus kaamu ngarepin aku buat minta maaf? Nggak akan ya Vi!”
“Tuh kan, kamu sekarang pasti seneng kan Aldo marah marah sama aku!” Nadin berbicara mengarah pada Senandung
“Kamu kenapa ngomongnya gitu sih Vi!”
“Kamu selama ini suka kan sama Aldo!”
“Ah ya udahlah Vi kalau kamu nuduh aku gitu terus mending aku pulang.” Saat itu juga Senandung meninggalkan Vio dan Aldo.
“Senandung..” teriak Aldo
“Kamu kenapa sih malah manggil Senandung?!”
“Kamu tega Vi, aku nyesel Vi pernah suka sama kamu, pernah muji kamu, pernah pacaran sama kamu! Kalau gitu aku pengen kita putus!”
“Ya gak bisa gitu dong!”
“Aaaah.. udah terserah pokoknya sekarang kita putus!” sambil berlari meninggalkan Vio

Sementara itu Aldo mencari Senandung di parkiran tapi ternyata Senandung sudah pulang. Lalu Aldo memutuskan untuk pergi ke rumah Senandung. Saat Aldo sampai di rumah Senandung, pintu rumah Senandung terbuka, dilihatnya di dalam ada Senandung yang duduk sendiri di ruang tamu sambil menangis. Aldo masuk ke rumah Senandung dan berbicara dengannya. Aldo menceritakan bahwa ia putus dengan Vio, Senandung kaget mendengarnya. Senandung menangis dan dia juga bercerita kaalu dia sangat sedih dan sakit hati dituduh seperti itu oleh Vio. Aldo menenangkan Senandung dan merangkulnya. Mereka berdua hari itu menghabiskan sore berdua sambil menghilangkan sedih dan marah di hati mereka.

Setelah Vio putus dengan Aldo, hubungan Aldo dan Senandung dengan Vio kurang baik. Tapi hal baik dari kejadian itu, lama lama Aldo dan Senandung semakin dekat saja. Memang betul, mereka semakin dekat tapi Aldo tidak tahu kalau selama ini Senandung menyukainya, dan Senandung takut jika Aldo tahu nanti Aldo akan menjauhinya. Sampai akhirnya mereka lulus mereka masih saja dekat. Tapi saat mereka sudah menjadi mahasiswa mereka hilang kontak.

Satu hari Senandung mendapat kabar kalau Aldo sudah punya pacar lagi. Ia mendapat kabar itu dari temannya. Sakit sekali hati Senandung, tidak terasa saat ia memikirkan hal itu air matanya sudah membasahi pipinya. Ia berpikir, untuk apa dia memikirkan orang yang tak memikirkannya. Senandung sudah berusaha melupakan Aldo, tapi saat sudah mulai lupa bayang bayang Aldo pasti kembali.

Hari itu hari ulang tahun Senandung, tanggal 14 Maret ia mendapat ucapan selamat dari sahabat lamanya yaitu Fira. Senandung bercerita tentang hal hal yang dialaminya selama mereka berpisah tak terkecuali tentang Aldo yang sudah punya pacar. Setelah mendapat kabar itu Fira langsung menelpon Aldo. Ia memarahi Aldo yang tidak peka dan ia memberi tahu kalau selama ini Senandung menyukainya. Saat itu juga Aldo langsug memutuskan pacarnya, karena ia sadar, ia hanya berpacaran karena terpaksa untuk melupakan bayangan lamanya.
Hari demi hari berlalu, lama lama Aldo tersadar ternyata perempuan yang selama ini ada di hatinya itu bukanlah mantan-mantannya.

Pagi hari, tanggal 15 maret 2014
Ada kiriman kado di depan rumah Senandung. Setelah dibuka ternyata isinya teddy bear coklat seperti keinginan Senandung yang dulu pernah ia ceritakan pada Aldo, juga ada surat yang isinya “Selamat ulang tahun ya Senandung. All the best wishes for you. Maaf kadonya telat satu hari, tapi ini kan kado yang kamu pengenin dulu senandung? Oh ya kalau kamu mau tau siapa aku nanti aku tunggu jam 5 sore di taman. Aku pake baju warna krem.” Senandung terkejut dengan hadiah dan surat itu.

Sore hari jam 5 sore Senandung pergi ke taman lalu ia melihat laki laki berbaju warna krem yang duduk menghadap membelakangi Senandung lalu dari belakang Senandung menepuk pundak laki laki itu, dan ternyata ia adalah ALDO. Jelas saja Senandung kaget. Lalu ia bertanya “Do, jadi kamu yang kirim boneka itu?” Aldo menjawab “Iya aku yang ngirim.” Senandung terdiam. Lalu Aldo berkata
“Senandung, aku minta maaf ya..”
“Minta maaf kenapa?”
“Aku selama ini gak peka sama kamu, dan sekarang aku mau jujur sama kamu.”
“Gak peka apa sih trus mau jujur tentang apa?”
“Senandung aku berharap semoga kamu masih punya perasaan yang sama kaya aku ya.. Senandung, aku cinta sama kamu. Kamu mau kan nerima cintaku?”
“Do, perasaanku dari dulu sampai sekarang belum berubah ke kamu “
“Jadi kamu mau nerima aku?”
“Iya aku mau..”
“Makasih ya Senandung..”

Dan akhirnya mereka berdua berpacaran sampai akhirnya menikah, punya anak dan semua cobaan mereka hadapi berdua.

Pesan: saat kamu ngerasa menderita karena cinta berarti kamu salah mengartikan, kesedihan cinta itu bukan penderitaan tapi sebuah pengorbanan cinta dan pengorbanan cinta itu bukan uang atau harta tapi itu adalah perasaan. Sikapi semua kesedihan cintamu dengan bijak maka kamu akan mendapat sesuatu yang indah. Dan semua cinta itu pasti akan indah pada waktunya.


http://goo.gl/eWuLNo

Meski Tanpa Ayah
Pagi ini kusambut mentari pagi. Kulangkahkan kaki menuju sekolah, meski tak ada lagi yang mengantarku. Tak seperti dulu saat ayah di sisi ku Ia akan menyambut pagi ini dengan bunyi klakson motornya yang berisik tanda ia terlalu lama menunggu. Bunda akan melihatku dan mengantarku hingga di depan pintu dengan senyuman hangatnya.
Yahh, tapi itu dulu, saat ayah ada di antara kami, kini tak ada lagi senyuman hangat dari bunda, yang ada hanyalah muka letih karena terlalu lelah bekerja, yang ada hanyalah kerut muka tanda bertambah usia.

Dulu aku berfikir betapa menyebalkan ayah dengan segala peraturan yang dibuatnya, tapi kini aku merindukan segala tutur katanya, betapa lembut belaian darinya, bahkan harum tubuhnya pun kini aku rindukan. Aku menyadari betapa pentingnya ia di hidupku, kini pelita itu telah hilang seolah pergi tanpa bayang. yang kucari tak lagi dapat kutemukan hanya angan yang tersisa.

Saat kepergian ayah, kurasakan kehilangan yang luar biasa, hatiku bergejolak, tapi kulihat Bunda ia seolah ingin melawan takdir, hatinya begitu tersayat, raungan kepedihan begitu mendalam di hatinya, berkali kali ia pingsan, menyebut nama ayah tanpa sadar.

Yah, lagi lagi itu dulu, kini aku bersama bunda memulai hidup baru, memulai menata hidup kami kembali, kini aku mulai menyongsong masa depan lagi lagi “Meski Tanpa Ayah” di sisi. Bunda mulai menerima kenyataan bahwa ayah telah tiada bersama kami. Bayang-bayang suara ayah akan keinginanya untuk agar aku menjadi dokter semakin membangkitkan emosi. Ayah, lihatlah aku, meski tanpamu kini aku bisa berdiri, dan meraih impian, tapi ini semua tak lepas dari keinginanmu. Love you ayah..

http://goo.gl/O3J7t0

Share this

Tag : , ,

0 Comment to "Sacrifice of Love"

Post a Comment