Thursday 12 March 2015

Musuh Terutama dari Sikap yang Baik adalah Sikap TERBAIK Kita.


konvensional malah dalam arti prioritas utama adalah ketersediaan uang bulanan, tabungan dan investasi, baru kesenangan lainnya. Jadi boleh dikatakan saya terbebas dari hutang akibat dari paradigma yang mengacu pada prinsip, nilai yang diprioritaskan dan berkembang menjadi kebiasaan atau perilaku permanen (karakter).

Dalam dunia kerja, seperti di dalam pelatihan “Pelayanan Prima” yang sering bawakan di rumah sakit di seluruh Indonesia, saya selalu menekankan pentingnya prinsip Melayani dengan hati, diikuti dengan prioritas nilai keselamatan pasien, perilaku-perilaku pelayanan prima dan terakhir adalah keuntungan atau profit supaya hal ini jelas bagi pelaksana untuk dapat melakukan hal yang terbaik, setiap saat, setiap waktu.

Bayangkan bila ada seorang perawat atau petugas yang sedang mempraktekkan perilaku pelayanan prima dengan seorang pelanggan dan tiba-tiba terdengan bunyi sirine ambulan, tanda adanya sebuah panggilan darurat untuk seorang petugas di Instalasi Gawat Darurat namun petugas lain tidak segera membantu karena sedang terlibat percakapan atau pekerjaan lainnya tanpa menilai situasinya terlebih dahulu, maka bila terjadi hilangnya nyawa seseorang akibat kelalaian petugas, maka ini benar-benar sebuah pelanggaran nilai, baik secara individu maupun secara organisasi.

Itulah mengapa prioritas utama adalah keselamatan pasien dulu, perilaku-perilaku pelayanan prima kemudian dan keuntungan yang terakhir, bila melakukan hal yang sebaliknya atau tertukar, maka kita dapat menanggung konsekuensi dari hal-hal yang tidak dapat kita inginkan dan dapat kita cegah sebenarnya. Hati nurani sebagai kompasnya.

Oleh karena itu, saya sangat berharap kita semua dapat merefleksikan kembali dalam hidup, apakah kita sudah mempunyai prinsip-prinsip kehidupan yang selaras dengan hukum alam, mempunyai prioritas yang benar atas nilai-nilai pribadi anda dan organisasi? Bila anda sudah mampun menjawab kedua pertanyaan itu, saya mengucapkan selamat dan tinggallah pada keputusan akhir yang juga menjadi penutup dari artikel ini adalah apakah anda mau melakukan segala hal dengan usaha terbaik anda sebenarnya atau sekedarnya saja sebagai hasil dari pembatasan diri anda tentang kompensasi atau keuntungan yang akan anda terima, jawabannya 101 persen ada ditangan anda.

Happy Leadership!

*) Surya Rachmannuh, penulis kolom tetap di www.pembelajar.com ini adalah praktisi training dalam bidang pelayanan prima, personal effectiveness, problem solving and decision making, pelatihan Leadership dan Management lainnya.

Certified Lead Auditor dan Webmaster ini dapat dihubungi di :
Hp : 0819 3210 5388
www.webiddesign.com
surya.rachmannuh@yahoo.co.id
suryarachmannuh.blogspot.com 


 http://goo.gl/6jD0aT

CARNEGIE-BUFFETT
Warren Buffett. Siapa yang tak kenal nama ini. Sedikitnya, tiap orangyang membaca berita-berita ekonomi, atau pemain di bursa saham seluruh dunia, mengenal nama ini dengan baik. Bukan hanya mengenal, tetapi juga mencoba meniru sepak terjangnya, belajar darinya, atau bahkan ingin menjadi seperti Buffett.

Selama bertahun-tahun nama Buffett tercantum sebagai salah satu dari orang terkaya di dunia, bergantian dengan Bill Gates. Dalam biografi berjudul The Snowball yang ditulis Alice Schroeder tahun 2008 (diterjemahkan oleh penerbit Elexmedia, 2010, setebal lebih dari 1352 halaman), disebutkan jumlah kekayaan pribadinya pernah melebihi 60 miliar dolar Amerika, sekitar Rp 540 triliun. (Jika harta Buffett dibagikan kepada 30 juta penduduk miskin di Indonesia, maka masing-masing orang akan kebagian 2.000 dolar Amerika, kurang lebih Rp 18 juta).

Nama besar Buffett inilah yang membuat saya langsung duduk menonton tayangan mini biografinya di sebuah saluran tivi berbayar belum lama ini. Sayang saya hanya sempat melihat tayangan 15 menitan terakhir. Namun, ada satu hal yang menggelitik pikiran saya ketika Buffett bicara tentang sertifikat yang dipajang di kantornya.

Ia mengatakan bahwa tidak satu pun ijazah pendidikan formalnya yang tertempel di dinding tempatnya bekerja. Tetapi sertifikat dari Dale Carnegie Training ada. Ketika ditanya mengapa begitu, ia menjawab singkat, “Pelatihan Dale Carnegie mengubah hidup saya”.

Sebagai mantan instruktur senior berlisensi Dale Carnegie Training, saya menduga bahwa program pelatihan yang mengubah hidup Warren Buffett itu adalah Effective Speaking and Human Relations(ESHR). Program ini merupakan satu dari dua program yang memang dirancang langsung oleh Dale Carnegie (1888-1955) lewat proses panjang yang mengagumkan. Diujicoba dan dilatihkan untuk umum sejak 1912, pelatihan yang awalnya bernama Public Speaking for Businessmen ini memang fenomenal, sehingga “penganut”ajaran Carnegie disebut Carnegian. (Bisa ditambahkan bahwa Mochtar Riady, pendiri kelompok Lippo; Jonathan L. Parapak, Direktur Utama PT Indosat pada masa Orde Baru, dan Cacuk Sudarijanto, yang pernah menjabat sebagai Direktur Telkom, adalah alumni Dale Carnegie Training tahun 70-an akhir).

Apa inti pokok ajaran Carnegie, yang berhasil menginspirasi dan mengubah hidup banyak orang, termasuk orang sekaliber Buffett?

Jawabannya bisa ditemukan dalam dua karya klasik: How To Win Friends and Influence People (terbitan 1936) danHow To Stop Worrying and Start Living (1948). Kedua bukubest-seller sepanjang masa itu yang ditulis oleh Dale Carnegie berdasarkan catatan yang amat cermat dari kesaksian peserta pelatihannya selama puluhan tahun, ditambah sejumlah referensi. Gaya penulisannya populer, sehingga sangat nikmat dibaca.

... baca selengkapnya di : http://goo.gl/qEFfx1

Say No To Drugs
Di tahun 2013 ini, ternyata masih ada saja, pengedar nark*ba, pecandu nark*ba, dan sebagainya. Sebenarnya apa sih yang dipikirkan oleh pelaku tersebut, apa mereka tidak takut dosa? bahkan apa mereka tidak takut TUHAN? waduh, gawat nih bila mereka tidak takut TUHAN, itu namanya tidak menghargai TUHAN. itulah yang dilakukan oleh fahrel syahputra, sampai akhirnya dia masuk jeruji besi alias penjara, dan di situlah fahrel syahputra tobat.

Sebenarnya sih asal muasal fahrel menjadi pecandu, akibat kelalaian orangtua dan kurang mendapat perhatian dari orangtua. Orangtua fahrel sangat sibuk dengan masalah bisnisnya masing-masing, akibatnya, ya begitulah fahrel kesal dengan orangtuanya dan akhirnya dia memutuskan untuk memakai obat-obatan alias nark*ba. Awalnya sih fahrel dan teman-temannya hanya coba-coba saja, setelah beberapa kali memakai nark*ba, akhirnya mereka bergantung pada barang haram tersebut.

Mau tau kelanjutan ceritanya, yuk.. disimak…

“fahrel… fahrel…” panggil mama dari luar rumah.
“iya.. ma” sahut farel menuju luar rumah dengan malas
“mama sama papa pergi dulu ke munchen, jerman ya, fahrel mau oleh-oleh apa?” Tanya mama.
“GAK ADA!!!” bentak fahrel
“fahrel maunya mama di rumah saja” pinta fahrel dengan nada marah
“jangan gitu dong sayang, mama dengan papa kan kerja untuk masa depan fahrel juga” bujuk mama
“ya, gak perlu juga kan mama kerja, bila papa aja yang kerja, kan rezeki kita sudah lebih dari cukup ma” ucap fahrel, sambil ngelirik papa yang dari tadi hanya nginyem.
“ya udah lah, kapan-kapan saja kita lanjutin omongan ini, mama sama papa udah telat nih” ujar mama. Segera mama dan papa langsung masuk mobil avanza berwarna hitam metalik milik keluarga fahrel, tidak lama kemudian, avanza itu pun langsung meninggalkan rumah fahrel dan meluncur ke bandara HANG NADIM – BATAM.

“sebenernya aku males banget nih punya orangtua gini, gak ngerti sama anak, mereka pikir dengan mereka kasih aku uang lebih dari cukup, tanggung jawab mereka udah selesai gitu, aku coba make put*uw ah… siapa tau itu bikin aku tenang” ujar fahrel di kos-kosan teman-nya.
“ya udah mari kita memakai put*uw” sahut salah satu teman fahrel.
“tapi, aku gak ado pitty lah” sahut teman fahrel yang satu
“tenang aja, aku ada uang kok.” ucap farel.............

... baca selengkapnya di : http://goo.gl/tnRAh5

Share this

Tag : , ,

0 Comment to "Musuh Terutama dari Sikap yang Baik adalah Sikap TERBAIK Kita."

Post a Comment