Friday 17 April 2015

Jangan Ikut-ikutan


Siang hari bersama dengan teriknya sinar matahari. Andi, anak smp kelas 1 amat bahagia bermain-main bersama dengan sepeda kesayangannya di tengah halaman rumah. Dan kadangkala ia pun berkreliling-keliling di daerah lebih kurang rumahnya.


Ketika andi tengah asik bermain bersama dengan sepedanya, tiba-tiba datang lah seorang teman andi yang bernama dony bersama dengan manfaatkan sepeda motor. Seketika menyebabkan andi dambakan turut mencoba.


“don, berani sekali kamu mengendarai sepeda motor itu. Padahal sepeda motor itu lebih besar berasal dari terhadap kamu.” kata andi bersama dengan rasa penasarannya.


“hahaha, kenapa tidak?” bersama dengan sombongnya “hanya anak penakut saja yang tidak berani.” kata dony bersama dengan angkuhnya sambil beranjak pergi meninggalkan andi.


Terbesit dalam benak andi dambakan turut mencoba. Dengan rasa curiga ia memberanikan diri untuk mencoba mengendari tidak benar satu sepeda motor milik orang tuanya sambil menuju garasi rumah.




 



Dengan perlahan ia mengeluarkan sepeda motor selanjutnya berasal dari garasi. Meski bersama dengan rasa risau bakal dimarahai oleh sang ibu, ia tetap nekat dambakan mencoba.


Selang lebih dari satu menit saja, ia sudah bisa mengendarai sepeda motor tersebut. Meski mulanya pelan, namun perlahan-lahan ia pun mencoba mengendarai sepeda motor terebut bersama dengan kecepatan yang tak selayaknya ia lakukan.


Dan tiba-tiba di persimpangan lampu merah. Andi tidak melihat bahwa lampu lantas lintas menunjukan lampu merah. Dan akhir nya….


“daaaaarrrrrrr…!!!”


Andi menanbrak seorang pedangang asongan yang hedak melintas. Seketika seluruh warga lebih kurang mendekat. Tak lama kemudian datang sebuah motor besar bersama dengan suara sirine yang tak asing lagi, polisi.


“ada apa ini?” bertanya polisi.


“ini pak, anak ini menambrak pedangang asongan ini.” sambil menunjuk ke arah andi.


“maaf pak, sa, sa, sa, saya tidak sengaja.” andi bersama dengan rasa gugup, risau bingung.


“nak, kau turut saja bapak ke kantor.” ajak polisi


“tapi pak…”


“nanti saja nak, jelaskan di kantor.”


Dengan pasrah dan bingung, andi pun turut ke kantor polisi.


Setibanya di kantor polisi.


“nak siapa namamu?” bertanya polisi.


“a a andi pak.” jawabnya gugup. “pak, boleh saya menghubungi ibu saya?”


“silahkan”


Setelah andi menghubungi ibunya, dan berikan tahu suasana yang sebenarnya, selanjutnya ibu andi tiba di kantor polisi.


“apakah kamu ibu berasal dari andi?” bertanya polisi terhadap ibu andi.


“ia pak.” jawab ibu andi.


Setelah itu andi berbincang-bincang dan kini tinggal menanti persetujuan berasal dari keluarga pedangang asongan yang andi tabrak untuk lewat jalur damai saja.


“bu, maafkan aku.” andi menangis ketakutan.


“andi kenapa kamu mengendarai sepeda motor itu? “tanya ibu bersama dengan heran.


“aku cuma dambakan mencoba bu saya tak dambakan di katakan pengecut, layaknya apa yang di katakan dony.” jawab andi.


“memangnya dony kenapa?”


“ia sudah berani dan bisa untuk mengendarai sepeda motor bu. Terus, kata dony, cuma anak pengecut yang tidak berani mengendarai motor.”


“andi, andi, kamu suatu selagi pasti bakal mengendarai nya. Tapi bukan sekarang. Sekarang bukanlah selagi yang tepat untuk anak seusia mu mengendarai motor. Jika kamu sudah berumur 17 th. nanti kamu terhitung pasti bisa mengendarainya. Jadi untuk sekarang, kamu menikmati saja dulu sepeda mu itu.” nasehat ibu berikan dorongan kepada andi sambil tersenyum.


“baiklah, bu.” menangis haru bersama dengan senyum semangatnya.


http://goo.gl/y8qeYT



Menulis Bikin Cantik

Sejumlah penelitian para profesor biologi dan psikologi ditulis dalam buku berjudul Opening Up: The Healing Power of Expressing Emotions. Disana, pada lain, tertera pendapat James W. Pennebaker, “menulis perihal hal-hal yang negatif bakal memberi tambahan pelepasan emosional yang menghidupkan rasa bahagia dan lega”.

Fatima Mernissi, yang oleh lebih dari satu orang disebut sebagai pemikir-penulis, terhitung dulu menyarankan, “Usahakan menulis tiap-tiap hari. Niscaya, kulit Anda bakal menjadi segar kembali akibat kadar manfaatnya yang luar biasa.” Ia terhitung menyatakan bahwa, “menulis lebih baik daripada operasi plastik.”

Kedua alinea di atas saya kutip begitu saja berasal dari buku Fahd Djibran yang berjudul Writing is Amazing. (Juxtapose, 2008). Sayang sekali saya tak berkesempatan membaca buku-buku yang disebutkan Djibran.

Bagaimana pun saya percaya bahwa menulis menyebabkan Anda lebih “cantik” dalam pengertian yang seluas-luasnya.

Mau “cantik”? Menulislah.


 * Andrias Harefa, Penulis 35 Buku Best-Seller. Info pelatihan penulis telpon 021-460 5757: 0815 8963 889; www.andriasharefa.com


http://goo.gl/tLN4S6

Share this

Tag : , ,

0 Comment to "Jangan Ikut-ikutan"

Post a Comment